5 Faktor yang Membuat Industri Otomotif Nasional Meledak

Pasar otomotif Indonesia meledak dalam beberapa tahun terakhir. Ada 7,2 juta motor serta 1,2 juta mobil yang terjual tahun lalu. Angka-angka ini diperkirakan akan terus membengkak. Kenapa hal ini bisa terjadi?

Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi beberapa waktu lalu mengatakan kalau pasar otomotif Indonesia akan terus berkembang. Bahkan dia memprediksi kalau penjualan mobil akan mampu mencapai 2 juta unit kurang dari 10 tahun lagi.

Pegiat ilmu pemasaran Yuswohady mengatakan kalau prediksi itu sangat mungkin dicapai. Sebab jumlah kelas menengah Indonesia memang terbilang besar.

Di Indonesia, menurutnya, ada 140 juta orang kelas menengah atau 60 persen dari jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan. "Kita mencapai GDP US$ 3.000 di 2010 dan setelah itu penjualan akan melonjak terus dan sebentar lagi akan mencapai GDP US$ 5.000. Ketika itu penjualan di sektor otomotif akan makin massif," lugasnya.

"Sekarang GDP kita di urutan 16, nanti 2030 akan menjadi nomor 7. Spanyol memang jago main bola tapi urusan GDP nanti mereka kalah sama kita," kata Yuswohady beberapa hari lalu.

Nah, menurut Yuswohady, ada beberapa fenomena menarik yang patut dicermati:

1. Kemewahan yang Terjangkau



Dahulu banyak barang yang dianggap sebagai barang mewah. Mobil dan motor adalah salah satunya. Namun, kini kedua jenis kendaraan sudah menjadi barang yang lumrah.

Di tiap rumah, beberapa dekade lalu jumlah motor makin sedikit. "Tapi kini tiap rumah bisa ada 2-3 motor," katanya.

"Sekarang semua orang mampu beli walau kredit. Ini barang mewah tapi sudah banyak yang punya," tambahnya.


2. Peralihan Dari Motor ke Mobil



Dahulu memiliki sebuah mobil sudah cukup bagi sebuah keluarga. Kini 1 tidak lagi cukup. "Di daerah rumah saya kan kebanyakan garasinya hanya 1, tapi kebanyakan rumah sudah punya lebih dari 1 mobil. Jadi banyak sekali mobil yang akhirnya diparkir di luar rumah," lugasnya.

Melihat penjualan motor yang sudah besar, Yuswohady memprediksi kalau pasar motor akan segera jenuh. Sebagai gantinya, mobil akan menjadi incaran banyak keluarga.

"Motor penetresinya sudah besar, pasar akan beralih ke mobil," tambahnya.

3. Shorter Lifecycle



Lifecycle kendaraan menurut Yuswohady kini semakin singkat. Dahulu orang berpikir untuk mengganti kendaraan setelah 5 tahun, tapi kini lebih singkat lagi.

"Dahulu 5 tahun baru berpikir untuk ganti kendaraan, lalu turun ke 3 tahun. Sekarang kurang dari setahun saja orang sudah berpikir ganti mobil," ujarnya.

Karena itu, lanjut Yuswohady, banyak konsumen yang tidak lagi memikirkan keawetan sebuah kendaraan. "Tapi lebih melihat desain dan modelnya karena sebentar saja sudah bosan," tambahnya.

4. Pasar Kendaraan Bekas



Seiring tingginya penjualan mobil dan motor, pasar kendaraan bekas juga akan melonjak naik. Terlebih, faktor lifecycle yang makin singkat juga menunjang perputaran bisnis kendaraan bekas ini.

Ada 7,2 juta motor serta 1,2 juta mobil yang terjual tahun lalu. Angka-angka ini diperkirakan akan terus membengkak.

"Pasarnya sangat luar biasa karena sekarang orang cepat bosan. Baru sebentar punya, eh sudah bosan lagi," katanya.

5. Beralih ke online



Dahulu orang ketika membeli mobil atau motor pasti datang ke diler dan salesman akan menjelaskan produk-produknya. Tapi kini, konsumen sudah lebih pintar lagi.

"Takutnya nanti sales sudah tidak lagi terpakai karena konsumen sebelum membeli kendaraan sudah mencari tahu lebih dulu produk yang ingin dibelinya. Jadi ketika datang ke diler dia sudah tahu mau beli apa," ujarnya.

Di masa depan, Yuswohady malah memperkirakan kalau diler sudah tidak akan terpakai dan hanya didatangi untuk servis. "Rekomendasi antar konsumen akan sangat berpengaruh," tuntasnya.

http://www.kaskus.co.id/thread/53391e5d1f0bc3521e8b49bd/faktor-yang-membuat-industri-otomotif-nasional-meledak/

0 Response to "5 Faktor yang Membuat Industri Otomotif Nasional Meledak"

Posting Komentar